Banyak orang berpikir, bahwa para scuba diver bernapas dengan gas oksigen murni yang disimpan dalam tabung scuba. Meskipun tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup, namun sebenarnya gas oksigen murni di bawah tekanan tinggi dapat berubah menjadi racun. Oleh karena itu scuba tank berisi udara normal yang dikompresi.


Udara terdiri dari 78,084% nitrogen, 20,946% oksigen dan 1% gas-gas lain yang tidak memiliki efek. Itulah alasannya banyak instruktur menjelaskan komposisi udara dengan angka yang mudah diingat yaitu 79% nitrogen dan 21% oksigen. Nitrogen adalah gas paling berlimpah di atmosfer, tetapi tidak digunakan oleh sistem pernafasan manusia, namun gas nitrogen inilah yang dapat menyebabkan masalah serius dan meningkatkan resiko penyelaman.


Nitrogen di bawah tekanan tinggi dapat mempengaruhi sistem saraf kita, pada kedalaman lebih besar (30 sampai 40 meters/100 dengan 133 kaki) akan menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai pembiusan nitrogen. Efek ini sama seperti ketika kita berada di bawah pengaruh alkohol (kehilangan kemampuan membuat keputusan, hilangnya fokus, penilaian gangguan, multi tasking dan koordinasi). Cara paling mudah untuk menghindari pembiusan nitrogen dan resiko menyelam lainnya adalah membatasi kedalaman penyelaman. Jika narkosis tidak terjadi saat dikedalaman, efek tidak sadar juga bisa muncul seketika diatas permukaan air. Selain efek tidak sadar, nitrogen juga membawa masalah lain yang menambah resiko menyelam yaitu menumpuk pada jaringan tubuh yang diakibatkan karena larutnya nitrogen akibat meningkatnya tekanan udara pada batas normal biasanya disebut dengan penyakit dekompresi.


Gejala paling umum penyakit dekompresi yaitu rasa nyeri (dibawah kulit, tungkai, persendian), mati rasa, pusing, tubuh melemah dan tiba-tiba tubuh terasa kelelahan. Pertolongan pertama untuk penyelam yang terkena dekompresi adalah memberikan bantuan pernafasan dengan oksigen kemudian dilakukan tindakan penyembuhan dengan memasukan pasien pada ruangan decompression chamber sehingga dapat mengurangi atau mencegah cedera permanen. Salah satu Rumah Sakit di Surabaya yang memiliki ruang decompression chamber adalah RSAL. Dr. Ramelan.

Untuk menghindari penyakit dekompresi, diver harus mengurangi tekanan udara pada tubuh secara perlahan-lahan saat naik kepermukaan. Hal ini akan memungkinkan gas yang terperangkap dalam aliran darah dapat keluar secara bertahap dan perlahan-lahan. Mengetahui batas waktu untuk kedalaman penyelaman serta kedalaman dan waktu berada pada posisi service stop dan dekompresi stop akan menghindari penyakit dekompresi. Hal ini akan lebih mudah direncanakan dengan bantuan dive table atau saat ini populer dengan alat yang disebut sebagai dive comp.